Assalamu'alaikum.. I just want to say "thank's" to you for invite my blog..this blog I write if just I want.. so I'm sorry if my blog so bad for you..but I hope you can read my article..Thank you ^^

Selasa, 28 Mei 2013

makalah praktikum mikrobiologi--penyakit Osteomielitis

MAKALAH
MIKROBIOLOGI
PENYAKIT OSTEOMILITIS
(INFEKSI TULANG)

Instruktur: Sutiyono, Amd
Disusun :
Nama          : Anis Mawati
NIM           : 14.12.3200
Kelas          : H/KM/II

KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
        Seorang anak perempuan 5 tahun datang dengan keluhan benjolan pada sendi kaki kanan yang disertai dengan nyeri, demam, dan kaki tidak dapat digerakkan. Keluhan muncul sejak sembilan bulan yang lalu. Anak pertama kali dibawa ke RS HI dan dilakukan pemeriksaan rontgen dada, tulang vertebra, dan sendi. Dari hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan anak menderita tuberkulosis (TB) paru dan mendapat pengobatan tuberkulosis.
        Empat bulan setelah pengobatan tuberkulosis, keluhan masih ada sehingga anak dibawa ke RS Sardjito Yogyakarta. Di RS Sardjito dilakukan pemeriksaan aspirasi dari cairan sendi namun tidak ditemukan infeksi bakteri atau bakteri tahan asam, serta tidak ditemukannya sel ganas. Berdasarkan hasil tersebut maka anak didiagnosis sebagai JIA
(juvenile idiopathic arthritis) dan mendapatkan terapi ibuprofen serta meneruskan pengobatan tuberkulosis. Setelah menyelesaikan pengobatan tuberkulosis dan pengobatan JIA dua bulan, keluhan bengkak dan nyeri pada sendi masih menetap sehingga anak datang kembali ke RS Sardjito.
        Dari pemeriksaan klinis, kami jumpai anak dengan status gizi kurang, pembengkakan pada sendi kaki kanan yang secara palpasi disertai panas, kemerahan, nyeri, dan keterbatasan gerak (Gambar 1). Skor TB = 3 dan dijumpai limfadenopati, masa abdomen, paraparesis inferior flaksid, dan retensi urin tanpa adanya pembesaran hepar atau lien tetapi tidak ditemukan uveitis pada mata. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia hipokrom mikrositer dan leukositosis dari Gambaran apusan darah tepi menunjukkan anemia hipokrom mikrositer dengan gambaran infeksi. Gambaran radiologis didapatkan pelebaran sendi dan penebalan jaringan lunak yang menunjukkan proses infeksi kronis, mengarah kepada osteomielitis TB (Gambar 2). Gambaran radiologis dada dijumpai perbaikan TB paru (Gambar 3), tulang vertebra dijumpai kompresi pada vertebral torakal 11 dan abses paravertebral pada vertebral torakal 9 – 12 (Gambar 4).Hasil gambaran patologi anatomi apirasi cairan sendi kaki dijumpai sel malignansi yang mengarah pada Ewing sarcoma (Gambar 5). Dari gambaran aspirasi sumsum tulang dijumpai sel metastase (Gambar 6). Dari hasil CT scan abdomen dijumpai urinoma akibat adanya retensio urin kronik pada anak (Gambar 7).
        Berdasarkan hasil patologi anatomi di tegakkan diagnosis Ewing sarcoma dan direncanakan menjalani kemoterapi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Osteomielitis itu?
2.      Bagaimanakah Etiologi dari Penyakit Osteomielitis?
3.      Bagaimana Patofisiologi Osteomielitis?
4.      Dengan cara apa amanifestasi klinik Osteomielitis?
5.      Bagaimanakah hasil diagnosa Osteomielitis?
6.      Bagaimana cara mencegah penyakit Osteomielitis?
7.      Bagaimanakah cara penatalaksanaan Osteomielitis?

C.     Tujuan Penulisan
Agar dapat mengetahui apa itu penyakit Osteomielitis dan bagai mana terjadi, pencegahan dan pengobatan dari penyakit Osteomilitis.
                                                                   BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Kesehatan secara Umum
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang.
a)      Pengertian Kesehatan
Menurut WHO, ada empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

Arti Kesehatan Menurut Para Ahli
"Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis."
          B.           Konsep Sehat dan Sakit
                 A.KONSEP SEHAT
               Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang nisa di cegah atau dihindari.
   Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi dan factor social budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan mentyatakan bahwa :
   Kesehatan adalah keadaan sejahtera dibadan, jiwa dan social yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Dalam Pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsure-unsur fisik.
DEFINISI SEHAT
Ø  WHO (1947), sehat yaitu suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Ø   UU No. 23, 1992
              Kesehatan yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
B. KONSEP SAKIT
             DEFINISI SAKIT
                 Yaitu penyimpangan dari status sehat.
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
        Sakit : gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai siste biologis dan penyesuaian sosialnya.
Seseoang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.      Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri.
2.      Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
3.      Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.
    
      Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
·      Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
·      sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
·      Gangguan Kesehatan.
         Faktor-fktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.
Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
·   Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat/ kesehatan seseorang.
·   kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
·   Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang lain.
MASALAH SEHAT DAN SAKIT
              Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai Psycho Socio Somatic healt well being,merupakan resultante dari 4 faktor (3) yaitu :
1.      Environment atau lingkungan
2.      Behaviour atau perilaku,
3.      Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi distribusi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4.      Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
              Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh factor-faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda-beda dikalangan pasien. Penfertian sakit menurut etiologi naturalistic dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa saki merupakan suatu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.

A.    Teori tentang Penyakit Osteomielitis
            Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang. Osteomyelitis dapat terjadi pada bayi-bayi, anak-anak, dan kaum dewasa. Tipe-tipe yang berbeda dari bakteri-bakteri secara khas mempengaruhi kelompok-kelompok umur yang berbeda. Pada anak-anak, osteomyelitis paling umum terjadi pada ujung-ujung dari tulang-tulang yang panjang dari lengan-lengan dan tungkai-tungkai, mempengaruhi pinggul-pinggul, lutut-lutut, pundak-pundak, dan pergelangan-pergelangan tangan. Pada kaum dewasa, adalah lebih umum pada tulang-tulang dari spine (vertebrae) atau pada pelvis.
            Ada beberapa cara-cara yang berbeda untuk mengembangkan osteomyelitis. Yang pertama adalah bakteri berpergian melalui aliran darah (bacteremia) dan menyebar ke tulang, menyebabkan infeksi. Ini paling sering terjadi ketika pasien mempunyai infkesi ditempat lain di tubuh, seperti pneumonia atau infeksi sitim kencing (urinary tract infection), yang menyebar melalui darah ke tulang.
            Luka yang terbuka diatas tulang dapat menjurus pada osteomyelitis. Patah tulang yang terbuka dimana tulang menusuk melalui kulit juga adalah penyebab yang berpotensi.
            Operasi atau suntikan baru-baru ini sekitar tulang dapat juga memaparkan tulang pada bakteri-bakteri dan menjurus pada osteomyelitis.
            Pasien-pasien dengan kondisi-kondisi atau mengkonsumsi obat-obat yang memperlemah sistim imun mereka berada pada risiko yang lebih tinggi mengembangkan osteomyelitis. Ini termasuk pasien-pasien dengan kanker, penggunaan steroid yang kronis, penyakit sel sabit, human immunodeficiency virus (HIV), diabetes, hemodialysis, pengguna-pengguna obat intravena, dan kaum tua.
            Gejala-gejala dari osteomyelitis dapat bervariasi sangat besar. Pada anak-anak, osteomyelitis paling sering terjadi lebih cepat. Mereka mengembangkan nyeri atau kepekaan pada tulang yang terpengaruh, dan mereka mungkin mempunyai kesulitan atau ketidakmampuan untuk menggunakan anggota tubuh yang terpengaruh atau membawa beban atau berjalan yang disebabkan oleh nyeri yang parah.
            Pada kaum dewasa, gejala-gejala sering berkembang lebih secara berangsur-angsur. Gejala-gejala lain termasuk demam, kedinginan, keiritasian, pembengkakan atau kemerahan diatas tulang yang terpengaruh, kekakuan, dan mual.
            Diagnosis dari osteomyelitis mulai dengan sejarah medis dan pemeriksaan fisik sepenuhnya. Sewaktu sejarah medis, dokter mungkin menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang infeksi-infeksi baru-baru ini ditempat lain di tubuh, sejarah medis yang lalu, penggunaan obat, dan sejarah medis keluarga.
            Pemeriksaan fisik akan mencari area-area kepekaan, kemerahan, pembengkakan, batasan gerakan yang berkurang atau yang menyakitkan, dan luka-luka terbuka.
            Dokter anda mungkin kemudian memerintahkan beragam tes-tes untuk membantu mendiagnosa osteomyelitis. Beberapa tes-tes darah dapat digunakan untuk membantu menentukan apakah anda mempunyai infeksi dalam tubuh anda. Ini termasuk complete blood count (CBC), erythrocyte sedimentation rate (ESR), C-reactive protein (CRP), dan pembiakan-pembiakan darah. Tidak satupun dari ini adalah spesifik untuk osteomyelitis namun agaknya mereka dapat menyarankan bahwa mungkin ada beberapa infeksi dakam tubuh.
            Studi-studi pencitraan (imaging) mungkin diperoleh dari tulang-tulang yang terlibat. Ini dapat termasuk radiographs (X-rays) sederhana, scans tulang, computed tomography (CT) scans, magnetic resonance imaging (MRIs), dan ultrasounds. Studi-studi pencitraan ini dapat membantu mengidentifikasi perubahan-perubahan pada tulang-tulang yang terjadi dengan osteomyelitis.
            Setelah area dari tulang diidentifikasi dengan kemungkinan osteomyelitis, biopsi dari tulang mungkin diperoleh untuk membantu menentukan secara tepat bakteri apa yang terlibat, dan pembiakan dari ini dapat mengindikasikan pilihan yang terbaik untuk perawatan antibiotik.
            Pada banyak kasus-kasus, osteomyelitis dapat dirawat secara efektif dengan antibiotik-antibiotik dan obat-obat nyeri. Jika biopsi diperoleh, ini dapat membantu memandu pilihan dari antibiotik yang terbaik. Pada beberapa kasus-kasus, area yang terpengaruh akan dilumpuhkan dengan brace untuk mengurangi nyeri dan mempercepat perawatan.
            Adakalanya, operasi mungkin diperlukan. Jika ada area dari bakteri yang dilokalisir (nanah), ini mungkin perlu dibuka, dibersihkan, dan dialirkan. Jika ada jaringan lunak atau tulang yang rusak, ini mungkin perlu dikeluarkan. Jika tulang perlu dikeluarkan, ia mungkin perlu diganti dengan cangkokan tulang atau distabilkan selama operasi.
            Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.
 BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penyakit Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekelilig jaringan tulang mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomylitis sebagai berikut:
v  Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus areus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,1995).
v  Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
v  Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus infleunzae, infeksi yang hampir selal disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streptococcus da organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adlah infeksi lain.
v  Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Klasifikasi Osteomyellitis
Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer        kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder        adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
v  Nyeri daerah lesi
v  Deman, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
v  Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
v  Pembengkakan lokal
v  Kemerahan
v  Suhu raba hangat
v  Gangguan fungsi
v  Lab: anemia, leukositosis
b. Steomyelitis kronis
v  Ada luka, bernanag, berabu busuk, nyeri
v  Gejala-gejala umum tidak ada
v  Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
v  Lab: LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering:
v  Staphylococcus (orang dewasa)
v  Streplococcus (anak-anak)
v  Pneumococcus dan Gonococcus
B.     Etiologi Osteomielitis
       Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:
·                      Aliran darah
·                      Penyebaran langsung
·                      Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
       Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
       Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott).
       Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
       Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
       Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritisbreumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

C.     Patofisiologi Osteomielitis
       Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% ingeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomyelitis meliputi proteus, pseudomonas dan ecerichia coli.
       Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari , trobosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
       Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering hars dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Teradi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksis kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kembuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe kronik.

D.    Manifestasi Klinik
       Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi.Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
       Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.
       Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
       Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk.

E.     Evaluasi Diagnostik
       Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada skening tulang dengan teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama timbul. CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang,diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan.
F.      Pencegahan
       Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi local dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomyelitis pascaoperasi.
       Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomyelitis.

G.    Penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
       Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh dari satu patogen.
       Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sbelum aliran darah ke darah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus-menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
       Bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.
       Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
       Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead spance) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafing dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuanng debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
       Rongga yang dibedridemen dapat diisi dengan graft tulang konselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asun darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang da eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

 BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekelilig jaringan tulang mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Gejala-gejala dari osteomyelitis dapat bervariasi sangat besar. Pada anak-anak, osteomyelitis paling sering terjadi lebih cepat. Mereka mengembangkan nyeri atau kepekaan pada tulang yang terpengaruh, dan mereka mungkin mempunyai kesulitan atau ketidakmampuan untuk menggunakan anggota tubuh yang terpengaruh atau membawa beban atau berjalan yang disebabkan oleh nyeri yang parah.
            Pada kaum dewasa, gejala-gejala sering berkembang lebih secara berangsur-angsur. Gejala-gejala lain termasuk demam, kedinginan, keiritasian, pembengkakan atau kemerahan diatas tulang yang terpengaruh, kekakuan, dan mual.

B.     Saran
Untuk lebih menjaga kesehatan, agar terhindar dari mikroba-mikroba yang merugikan atau yang dapat menyebabkan suatu penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

·         Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan kebudayaan di indonesia. Cetakan ke        sepuluh. Jakarta: PT Penerbit Djambatan.
·         Ahmadi, Abu. 1986. Antropologi budaya : mengenal kebudayaan dan suku-suku   bangsa di indonesia. surabaya : pelangi.
·         Scotch,Norman A.1963. Medical antropology dalam bienial review of        antropology B.H siegel ed. Hlm.30-68. Standford unifersity press.
 LAMPIRAN

        Seorang anak perempuan 5 tahun datang dengan keluhan benjolan pada sendi kaki kanan yang disertai dengan nyeri, demam, dan kaki tidak dapat digerakkan. Keluhan muncul sejak sembilan bulan yang lalu. Anak pertama kali dibawa ke RS HI dan dilakukan pemeriksaan rontgen dada, tulang vertebra, dan sendi. Dari hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan anak menderita tuberkulosis (TB) paru dan mendapat pengobatan tuberkulosis.
        Empat bulan setelah pengobatan tuberkulosis, keluhan masih ada sehingga anak dibawa ke RS Sardjito Yogyakarta. Di RS Sardjito dilakukan pemeriksaan aspirasi dari cairan sendi namun tidak ditemukan infeksi bakteri atau bakteri tahan asam, serta tidak ditemukannya sel ganas. Berdasarkan hasil tersebut maka anak didiagnosis sebagai JIA
(juvenile idiopathic arthritis) dan mendapatkan terapi ibuprofen serta meneruskan pengobatan tuberkulosis. Setelah menyelesaikan pengobatan tuberkulosis dan pengobatan JIA dua bulan, keluhan bengkak dan nyeri pada sendi masih menetap sehingga anak datang kembali ke RS Sardjito.
        Dari pemeriksaan klinis, kami jumpai anak dengan status gizi kurang, pembengkakan pada sendi kaki kanan yang secara palpasi disertai panas, kemerahan, nyeri, dan keterbatasan gerak (Gambar 1). Skor TB = 3 dan dijumpai limfadenopati, masa abdomen, paraparesis inferior flaksid, dan retensi urin tanpa adanya pembesaran hepar atau lien tetapi tidak ditemukan uveitis pada mata. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia hipokrom mikrositer dan leukositosis dari Gambaran apusan darah tepi menunjukkan anemia hipokrom mikrositer dengan gambaran infeksi. Gambaran radiologis didapatkan pelebaran sendi dan penebalan jaringan lunak yang menunjukkan proses infeksi kronis, mengarah kepada osteomielitis TB (Gambar 2). Gambaran radiologis dada dijumpai perbaikan TB paru (Gambar 3), tulang vertebra dijumpai kompresi pada vertebral torakal 11 dan abses paravertebral pada vertebral torakal 9 – 12 (Gambar 4).Hasil gambaran patologi anatomi apirasi cairan sendi kaki dijumpai sel malignansi yang mengarah pada Ewing sarcoma (Gambar 5). Dari gambaran aspirasi sumsum tulang dijumpai sel metastase (Gambar 6). Dari hasil CT scan abdomen dijumpai urinoma akibat adanya retensio urin kronik pada anak (Gambar 7).
        Berdasarkan hasil patologi anatomi di tegakkan diagnosis Ewing sarcoma dan direncanakan menjalani kemoterapi.

Tidak ada komentar: