MAKALAH
MIKROBIOLOGI
PENYAKIT
OSTEOMILITIS
(INFEKSI
TULANG)
Instruktur:
Sutiyono, Amd
Disusun
:
Nama
: Anis Mawati
NIM
: 14.12.3200
Kelas : H/KM/II
KONSENTRASI
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PRODI
KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seorang
anak perempuan 5 tahun datang dengan keluhan benjolan pada sendi kaki kanan
yang disertai dengan nyeri, demam, dan kaki tidak dapat digerakkan. Keluhan
muncul sejak sembilan bulan yang lalu. Anak pertama kali dibawa ke RS HI dan
dilakukan pemeriksaan rontgen dada, tulang vertebra, dan sendi. Dari hasil
pemeriksaan tersebut disimpulkan anak menderita tuberkulosis (TB) paru dan
mendapat pengobatan tuberkulosis.
Empat bulan setelah pengobatan
tuberkulosis, keluhan masih ada sehingga anak dibawa ke RS Sardjito Yogyakarta.
Di RS Sardjito dilakukan pemeriksaan aspirasi dari cairan sendi namun tidak
ditemukan infeksi bakteri atau bakteri tahan asam, serta tidak ditemukannya sel
ganas. Berdasarkan hasil tersebut maka anak didiagnosis sebagai JIA
(juvenile
idiopathic arthritis) dan mendapatkan terapi ibuprofen serta meneruskan
pengobatan tuberkulosis. Setelah menyelesaikan pengobatan tuberkulosis dan
pengobatan JIA dua bulan, keluhan bengkak dan nyeri pada sendi masih menetap
sehingga anak datang kembali ke RS Sardjito.
Dari pemeriksaan klinis, kami
jumpai anak dengan status gizi kurang, pembengkakan pada sendi kaki kanan yang
secara palpasi disertai panas, kemerahan, nyeri, dan keterbatasan gerak (Gambar
1). Skor TB = 3 dan dijumpai limfadenopati, masa abdomen, paraparesis inferior
flaksid, dan retensi urin tanpa adanya pembesaran hepar atau lien tetapi tidak
ditemukan uveitis pada mata. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia
hipokrom mikrositer dan leukositosis dari Gambaran apusan darah tepi
menunjukkan anemia hipokrom mikrositer dengan gambaran infeksi. Gambaran
radiologis didapatkan pelebaran sendi dan penebalan jaringan lunak yang
menunjukkan proses infeksi kronis, mengarah kepada osteomielitis TB (Gambar 2).
Gambaran radiologis dada dijumpai perbaikan TB paru (Gambar 3), tulang vertebra
dijumpai kompresi pada vertebral torakal 11 dan abses paravertebral pada
vertebral torakal 9 – 12 (Gambar 4).Hasil gambaran patologi anatomi apirasi
cairan sendi kaki dijumpai sel malignansi yang mengarah pada Ewing sarcoma
(Gambar 5). Dari gambaran aspirasi sumsum tulang dijumpai sel metastase (Gambar
6). Dari hasil CT scan abdomen dijumpai urinoma akibat adanya retensio urin
kronik pada anak (Gambar 7).
Berdasarkan hasil patologi
anatomi di tegakkan diagnosis Ewing sarcoma dan direncanakan menjalani
kemoterapi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Osteomielitis itu?
2. Bagaimanakah Etiologi dari Penyakit Osteomielitis?
3. Bagaimana Patofisiologi Osteomielitis?
4. Dengan cara apa amanifestasi klinik Osteomielitis?
5. Bagaimanakah hasil diagnosa Osteomielitis?
6. Bagaimana cara mencegah penyakit Osteomielitis?
7. Bagaimanakah cara penatalaksanaan Osteomielitis?
C. Tujuan Penulisan
Agar dapat
mengetahui apa itu penyakit Osteomielitis dan bagai mana terjadi, pencegahan
dan pengobatan dari penyakit Osteomilitis.
BAB
II
LANDASAN TEORI
A. Kesehatan secara Umum
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan
adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang.
a)
Pengertian Kesehatan
Menurut WHO, ada empat komponen penting yang merupakan satu
kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu
merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan
terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada
tanda-tanda konflik kejiwaan.
b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.
Arti Kesehatan Menurut Para Ahli
"Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis."
B.
Konsep Sehat dan Sakit
A.KONSEP SEHAT
Pembangunan
kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal. Dan kesehatan yang
demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya
penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang nisa di
cegah atau dihindari.
Konsep sehat
dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi dan factor social
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya
dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan mentyatakan bahwa :
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dibadan, jiwa dan social yang memungkinkan hidup
produktif secara social dan ekonomi. Dalam Pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsure-unsur fisik.
DEFINISI SEHAT
Ø WHO (1947), sehat yaitu suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Ø UU No. 23, 1992
Kesehatan yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
B. KONSEP SAKIT
DEFINISI
SAKIT
Yaitu penyimpangan dari status sehat.
Sakit adalah keadaan dimana
fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan seseorang berkurang atau
terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Sakit : gangguan dalam fungsi normal
individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai siste biologis
dan penyesuaian sosialnya.
Seseoang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
Seseoang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.
Adanya gejala : Naiknya
temperatur, nyeri.
2.
Persepsi tentang
bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
3.
Kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
·
Hasil interaksi
seseorang dengan lingkungan.
·
sebagai manifetasi
keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
·
Gangguan Kesehatan.
Faktor-fktor
yang mempengaruhi tingkah laku sehat.
Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
·
Suatu skala ukur secara
relatif dalam mengukur ke dalam sehat/ kesehatan
seseorang.
·
kedudukannya : dinamis,
dan bersifat individual.
·
Jarak dalam skala ukur
: keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang
lain.
MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah
kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social
budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai Psycho Socio
Somatic healt well being,merupakan resultante dari 4 faktor (3) yaitu :
1. Environment atau
lingkungan
2. Behaviour atau
perilaku,
3. Heredity atau
keturunan yang dipengaruhi oleh populasi distribusi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care
service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Tingkah
laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
factor-faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari
variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda-beda
dikalangan pasien. Penfertian sakit menurut etiologi naturalistic dapat
dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa saki merupakan
suatu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh
manusia.
A. Teori
tentang Penyakit Osteomielitis
Osteomyelitis
adalah infeksi pada tulang. Osteomyelitis dapat terjadi pada bayi-bayi,
anak-anak, dan kaum dewasa. Tipe-tipe yang berbeda dari bakteri-bakteri secara
khas mempengaruhi kelompok-kelompok umur yang berbeda. Pada anak-anak,
osteomyelitis paling umum terjadi pada ujung-ujung dari tulang-tulang yang
panjang dari lengan-lengan dan tungkai-tungkai, mempengaruhi pinggul-pinggul,
lutut-lutut, pundak-pundak, dan pergelangan-pergelangan tangan. Pada kaum
dewasa, adalah lebih umum pada tulang-tulang dari spine (vertebrae) atau pada
pelvis.
Ada beberapa cara-cara
yang berbeda untuk mengembangkan osteomyelitis. Yang pertama adalah bakteri
berpergian melalui aliran darah (bacteremia) dan menyebar ke tulang,
menyebabkan infeksi. Ini paling sering terjadi ketika pasien mempunyai infkesi
ditempat lain di tubuh, seperti pneumonia atau infeksi sitim
kencing (urinary tract infection), yang menyebar melalui darah ke
tulang.
Luka yang terbuka diatas
tulang dapat menjurus pada osteomyelitis. Patah tulang yang terbuka dimana
tulang menusuk melalui kulit juga adalah penyebab yang berpotensi.
Operasi atau suntikan
baru-baru ini sekitar tulang dapat juga memaparkan tulang pada bakteri-bakteri
dan menjurus pada osteomyelitis.
Pasien-pasien dengan
kondisi-kondisi atau mengkonsumsi obat-obat yang memperlemah sistim imun mereka
berada pada risiko yang lebih tinggi mengembangkan osteomyelitis. Ini termasuk
pasien-pasien dengan kanker, penggunaan steroid yang kronis, penyakit sel sabit,
human immunodeficiency virus (HIV), diabetes, hemodialysis, pengguna-pengguna obat intravena, dan
kaum tua.
Gejala-gejala dari
osteomyelitis dapat bervariasi sangat besar. Pada anak-anak, osteomyelitis
paling sering terjadi lebih cepat. Mereka mengembangkan nyeri atau kepekaan
pada tulang yang terpengaruh, dan mereka mungkin mempunyai kesulitan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan anggota tubuh yang terpengaruh atau membawa
beban atau berjalan yang disebabkan oleh nyeri yang parah.
Pada kaum dewasa,
gejala-gejala sering berkembang lebih secara berangsur-angsur. Gejala-gejala
lain termasuk demam, kedinginan, keiritasian, pembengkakan atau kemerahan
diatas tulang yang terpengaruh, kekakuan, dan mual.
Diagnosis dari
osteomyelitis mulai dengan sejarah medis dan pemeriksaan fisik sepenuhnya.
Sewaktu sejarah medis, dokter mungkin menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang
infeksi-infeksi baru-baru ini ditempat lain di tubuh, sejarah medis yang lalu,
penggunaan obat, dan sejarah medis keluarga.
Pemeriksaan fisik akan
mencari area-area kepekaan, kemerahan, pembengkakan, batasan gerakan yang
berkurang atau yang menyakitkan, dan luka-luka terbuka.
Dokter anda mungkin
kemudian memerintahkan beragam tes-tes untuk membantu mendiagnosa
osteomyelitis. Beberapa tes-tes darah dapat digunakan untuk membantu menentukan
apakah anda mempunyai infeksi dalam tubuh anda. Ini termasuk complete blood
count (CBC), erythrocyte sedimentation rate (ESR), C-reactive protein (CRP),
dan pembiakan-pembiakan darah. Tidak satupun dari ini adalah spesifik untuk
osteomyelitis namun agaknya mereka dapat menyarankan bahwa mungkin ada beberapa
infeksi dakam tubuh.
Studi-studi pencitraan
(imaging) mungkin diperoleh dari tulang-tulang yang terlibat. Ini dapat
termasuk radiographs (X-rays) sederhana, scans tulang, computed tomography (CT)
scans, magnetic resonance imaging (MRIs), dan ultrasounds. Studi-studi
pencitraan ini dapat membantu mengidentifikasi perubahan-perubahan pada tulang-tulang
yang terjadi dengan osteomyelitis.
Setelah area dari tulang
diidentifikasi dengan kemungkinan osteomyelitis, biopsi dari tulang mungkin
diperoleh untuk membantu menentukan secara tepat bakteri apa yang terlibat, dan
pembiakan dari ini dapat mengindikasikan pilihan yang terbaik untuk perawatan
antibiotik.
Pada banyak kasus-kasus,
osteomyelitis dapat dirawat secara efektif dengan antibiotik-antibiotik dan
obat-obat nyeri. Jika biopsi diperoleh, ini dapat membantu memandu pilihan dari
antibiotik yang terbaik. Pada beberapa kasus-kasus, area yang terpengaruh akan
dilumpuhkan dengan brace untuk mengurangi nyeri dan mempercepat perawatan.
Adakalanya, operasi
mungkin diperlukan. Jika ada area dari bakteri yang dilokalisir (nanah), ini
mungkin perlu dibuka, dibersihkan, dan dialirkan. Jika ada jaringan lunak atau
tulang yang rusak, ini mungkin perlu dikeluarkan. Jika tulang perlu
dikeluarkan, ia mungkin perlu diganti dengan cangkokan tulang atau distabilkan
selama operasi.
Dengan diagnosis dan
perawatan awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada
penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang
parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada
defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan
sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Osteomielitis
Osteomielitis adalah
infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekelilig jaringan tulang mati). Ostemielitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomylitis
sebagai berikut:
v Osteomyelitis
adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus areus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,1995).
v Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
v Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah
yang disebabkan oleh staphylococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus
infleunzae, infeksi yang hampir selal disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tetapi juga Haemophylus influenzae, streptococcus da organisme lain dapat juga
menyebabkannya osteomyelitis adlah infeksi lain.
v Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan
oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang
terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak.
Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku,
maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang
bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan
nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Klasifikasi Osteomyellitis
Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :
1. Osteomyelitis
Primer kuman-kuman mencapai
secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis
Sekunder adalah kuman-kuman
mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain
(misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
v Nyeri daerah lesi
v Deman, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
v Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
v Pembengkakan lokal
v Kemerahan
v Suhu raba hangat
v Gangguan fungsi
v Lab: anemia, leukositosis
b. Steomyelitis kronis
v Ada luka, bernanag, berabu busuk, nyeri
v Gejala-gejala umum tidak ada
v Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
v Lab: LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling
sering:
v Staphylococcus (orang dewasa)
v Streplococcus (anak-anak)
v Pneumococcus dan Gonococcus
B. Etiologi Osteomielitis
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:
·
Aliran darah
·
Penyebaran langsung
·
Infeksi dari
jaringan lunak di dekatnya.
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada
anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat
suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis
vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan
pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang
belakang (penyakit Pott).
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus
tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah
yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker,
atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan
darah atau diabetes (kencing manis). Suatu
infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Pasien yang
berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita
atritisbreumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi
kortikostiroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi
sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami
nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi.
C. Patofisiologi Osteomielitis
Staphylococcus
aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% ingeksi tulang. Organisme patogenik
lainnya sering dijumpai pada osteomyelitis meliputi proteus, pseudomonas dan
ecerichia coli.
Respon
inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari , trobosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
terbentuk abses tulang.
Pada
perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering hars
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak. Teradi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksis kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kembuhan sepanjang hidup
pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe kronik.
D. Manifestasi Klinik
Pada
anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam
dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang
terinfeksi.Daerah diatas tulang bisa
mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri
punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita
bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda
nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau
yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di
daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi
ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang
normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak,
biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi
osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini
tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama
beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk.
E. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan
hasil pemeriksaan fisik. Pada skening tulang dengan teknetium, area yang terinfeksi
menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu
setelah gejala pertama timbul. CT
scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang
terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari
kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan
bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau
tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang,diambil contoh
jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan.
F. Pencegahan
Sasaran
utamanya adalah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi local dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan
infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan
teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomyelitis pascaoperasi.
Antibiotika
profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat
membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden
infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomyelitis.
G. Penatalaksanaan
Daerah yang terkena
harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya
fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah
mengontrol dan menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur abses
dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.
Kadang, infeksi disebabkan oleh dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah
diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa
dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau
sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sbelum aliran darah ke darah
tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika
terus-menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika
dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif
terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan
sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi
antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan
respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan
pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi
secara langsung dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi antibiotika
dianjurkan.
Pada osteomyelitis kronik,
antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan
sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk
memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization).
Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat
terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk
menutup rongga mati (dead spance) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh
jaringan granulasi atau dilakukan grafing dikemudian hari. Dapat dipasang
drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuanng debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai8 hari. Dapat terjadi
infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang dibedridemen dapat
diisi dengan graft tulang konselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek
yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah
atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan
pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asun darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang da
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi
tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekelilig jaringan tulang mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Gejala-gejala dari osteomyelitis dapat bervariasi sangat besar. Pada
anak-anak, osteomyelitis paling sering terjadi lebih cepat. Mereka
mengembangkan nyeri atau kepekaan pada tulang yang terpengaruh, dan mereka
mungkin mempunyai kesulitan atau ketidakmampuan untuk menggunakan anggota tubuh
yang terpengaruh atau membawa beban atau berjalan yang disebabkan oleh nyeri
yang parah.
Pada kaum dewasa,
gejala-gejala sering berkembang lebih secara berangsur-angsur. Gejala-gejala
lain termasuk demam, kedinginan, keiritasian, pembengkakan atau kemerahan
diatas tulang yang terpengaruh, kekakuan, dan mual.
B.
Saran
Untuk lebih menjaga kesehatan,
agar terhindar dari mikroba-mikroba yang merugikan atau yang dapat menyebabkan
suatu penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan
kebudayaan di indonesia. Cetakan
ke sepuluh. Jakarta: PT Penerbit
Djambatan.
·
Ahmadi, Abu. 1986. Antropologi budaya :
mengenal kebudayaan dan suku-suku bangsa di indonesia. surabaya
: pelangi.
·
Scotch,Norman A.1963. Medical antropology dalam bienial
review of antropology B.H
siegel ed. Hlm.30-68. Standford unifersity press.
LAMPIRAN
Seorang
anak perempuan 5 tahun datang dengan keluhan benjolan pada sendi kaki kanan
yang disertai dengan nyeri, demam, dan kaki tidak dapat digerakkan. Keluhan
muncul sejak sembilan bulan yang lalu. Anak pertama kali dibawa ke RS HI dan
dilakukan pemeriksaan rontgen dada, tulang vertebra, dan sendi. Dari hasil
pemeriksaan tersebut disimpulkan anak menderita tuberkulosis (TB) paru dan
mendapat pengobatan tuberkulosis.
Empat bulan setelah pengobatan
tuberkulosis, keluhan masih ada sehingga anak dibawa ke RS Sardjito Yogyakarta.
Di RS Sardjito dilakukan pemeriksaan aspirasi dari cairan sendi namun tidak
ditemukan infeksi bakteri atau bakteri tahan asam, serta tidak ditemukannya sel
ganas. Berdasarkan hasil tersebut maka anak didiagnosis sebagai JIA
(juvenile
idiopathic arthritis) dan mendapatkan terapi ibuprofen serta meneruskan
pengobatan tuberkulosis. Setelah menyelesaikan pengobatan tuberkulosis dan
pengobatan JIA dua bulan, keluhan bengkak dan nyeri pada sendi masih menetap
sehingga anak datang kembali ke RS Sardjito.
Dari pemeriksaan klinis, kami
jumpai anak dengan status gizi kurang, pembengkakan pada sendi kaki kanan yang
secara palpasi disertai panas, kemerahan, nyeri, dan keterbatasan gerak (Gambar
1). Skor TB = 3 dan dijumpai limfadenopati, masa abdomen, paraparesis inferior
flaksid, dan retensi urin tanpa adanya pembesaran hepar atau lien tetapi tidak
ditemukan uveitis pada mata. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia
hipokrom mikrositer dan leukositosis dari Gambaran apusan darah tepi
menunjukkan anemia hipokrom mikrositer dengan gambaran infeksi. Gambaran
radiologis didapatkan pelebaran sendi dan penebalan jaringan lunak yang
menunjukkan proses infeksi kronis, mengarah kepada osteomielitis TB (Gambar 2).
Gambaran radiologis dada dijumpai perbaikan TB paru (Gambar 3), tulang vertebra
dijumpai kompresi pada vertebral torakal 11 dan abses paravertebral pada
vertebral torakal 9 – 12 (Gambar 4).Hasil gambaran patologi anatomi apirasi
cairan sendi kaki dijumpai sel malignansi yang mengarah pada Ewing sarcoma
(Gambar 5). Dari gambaran aspirasi sumsum tulang dijumpai sel metastase (Gambar
6). Dari hasil CT scan abdomen dijumpai urinoma akibat adanya retensio urin
kronik pada anak (Gambar 7).
Berdasarkan hasil patologi
anatomi di tegakkan diagnosis Ewing sarcoma dan direncanakan menjalani
kemoterapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar